Senin, 09 Februari 2009

MIN QOSHOSHI AS SYUHADAI AL ‘AROBI 2

IV. ABU DUJANAH AS SYARQI ( FAHD AL QOHTONY )

Dalam memulai pembicaraan kisah seorang mujahid yang telah syahid insya Allah, terlebih dahulu kami sampaikan hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam :

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتىَّ لاَيَبْقَى بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّهِ فَيَسْبِقَ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَمُوتُ ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّهَ

“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka itu tinggal satu hasta, kemudian ia beramal dengan amalan penghuni Jannah, lalu Al Kitab (catatan taqdir ) telah menetapkannya, kemudian ia mati lalu ia masuk ke dalam Jannah “.

Ikhwan kita Abu Dujanah adalah seorang sopir Truk di daerah timur, sementara di daerah timur inilah kejahiliyahannya begitu besar.

Suatu hari ketika ia sedang pergi ke Bahroin untuk mengantar paket, dia seperti orang gila – sedang mabuk -, hingga akhirnya Truk yang dikendarainya oleng dan terplanting di atas jembatan Bahroin. Akan tetapi Allah menyelamatkan dia dengan mobilnya yang tersangkut di jembatan hingga ia tidak terjatuh ke laut, dan ketika itu dia pingsan atas taqdir Allah.

Pada tahun 1413 H. atau pada awal tahun 1414 H. ada dua orang yang hendak pergi ke Bosnia melalui jalan Bahroin. Ketika keduanya sedang melalui Jembatan keduanya melihat Truk yang bagi mereka sudah tidak asing lagi, lalu mereka berhenti dan turun menuju Truk tersebut, keduanya mendapatkan seorang di dalam Truk tersebut yang ternyata ia adalah tetangga salah satu dari dua orang tersebut yaitu Abu Dujanah-, kemudian orang tersebut dikeluarkan dari dalam Truk, kemudian keduanya melanjutkan perjalanannya menuju timur.

Ketika keduanya selesai mandi dan wudhu maka keduanya sholat. Kemudian keduanya memberi nasehat kepada seorang – yang diselamatkan dari dalam Truk tersebut -. Kedua saudara itu berkata kepada orang tersebut : ” Jikalau engkau mati pada saat kecelakaan itu sungguh kamu mati dalam ma’siyat bahkan lebih besar lagi, oleh karena itu pujilah Allah yang telah menyelamatkan kamu dari kematian itu, karena Allah tidak mengakhiri hidupmu dalam kemaksiyatan “. Nasehat kedua saudara ini masuk ke dalam hati lelaki tersebut. Kemudian kedua saudara ini melanjutkan perjalanannya. Lalu lelaki itu – Abu Dujanah – menginstropeksi diri dan meninggalkan teman-temannya yang rusak.

Ketika ada teman yang melihatnya di sebuh terminal Truk, mereka pergi menemuinya dan didapati dia sedang sendirian dengan memegang Mushaf dan sedang membacanya. Teman-temannya tidak percaya melihat pemandangan tersebut dan mereka mengira bahwa dia hanya pura-pura karena takut dari – incaran – pemerintah.

Setelah berlalu beberapa bulan, pulanglah kedua shahabatnya yang habis pergi dari daerah timur. Kamudian ia pergi ke rumah salah satu dari keduanya, lalu ia ketuk pintunya dan mengucapkan salam dengan suara keras.

Saudara yang di dalam rumah tidak mengenalinya. – karena – jenggotnya telah tumbuh lebat, pakaiannya diatas mata kaki dan terpancarlah cahaya dari mukanya, kemudian ia mengenalkan dirinya – bahwa dia adalah Abu Dujanah -. Bergembiralah hati saudara ini, tidak ada kebahagiaan selain pemandangan yang bagus ini, kemudian ia dipersilahkan masuk. Dia bertanya tentang persoalan jihad dan kondisi Bosnia dan keutamaan Syuhada dan para mujahidin dan ribath dan ….. dan….. dan …..

Setelah mendengar jawaban yang ditanyakan lalu ia berkata : ” Kalau begitu jalan yang paling dekat menuju Jannah adalah Jihad fie sabilillah. Sekarang umurku sudah 36 tahun dan dipenuhi dosa dan ma’siyat. Aku meminta kepadamu demi Allah akan menemanimu berjihad !

Saudara tersebut berkata kepadanya : ” Sekarang Bosnia sedang dikepung dari segala penjuru dan tidak mudah untuk masuk kesana, padahal saudara-saudara kita disana sedang menanti ada orang yang bisa membuka jalan masuk.

Adapun kalau ditempuh dari Kroasia dan Slevonia kedua negara ini penuh kema’siyatan, khomer, wanita jalang, dan penuh fitnah yang seseorang tidak mampu menahannya “.

Abu Dujanah berkata : ” Aku akan pergi walaupun aku harus menunggu selama satu tahun “. Dan dia berusaha memuaskan saudaranya itu.

Dan betul ternyata Abu Dujanah pergi ke Kroasia dan tinggal di sebuah kota dekat pantai di Eropa yang penuh dengan fitnah dan gemerlapnya dunia, sementara Abu Dujanah adalah seorang yang baru saja sadar dari kema’siyatan. Ia telah sampai di kota itu yang merupakan perbatasan dengan Bosnia Herzegovina. Ia tinggal di sebuah rumah yang kecil bersama seorang teman yang datang dari Turki sekitar enam bulan lamanya demi mencari jalan masuk ke Bosnia. Seluruh waktunya ia pergunakan sholat dan ibadah dan mempelajari urusan-urusan Dien kepada seorang teman Da’I disana, hingga pada akhirnya ia mendapatkan kabar gembira dibukanya jalan menuju Bosnia. Lalu pergilah ia ke Bosnia dan masuk ke sana yang selama ini ia impikan dan nantikan untuk bisa masuk bergabung dengan para mujahidin. Lalu bergabunglah ia dengan sebuah pasukan mujahidin di daerah Zintisia dan ia tadrib (diklat) disana dan menyusun kekuatan.

Disana ada ma’rokah (medan perang) yang dekat dengan daerah Syirisya, lalu beliau masuk ke daerah itu dan daerah itu adalah petama kalinya ma’rokah (medan peperangan) yang ia ikuti dalam perjalanan jihadnya, dan Allah memenangkan mujahidin dalam amaliah – oprasi - tersebut. Dan para mujahidin membuat khondaq (parit) di front tersebut dan mendapatkan kemulian ribat (berjaga) fie sabilillah.

Setelah berlalu dua bulan dari amaliah tersebut terjadilah amaliah yang lebih kuat dan besar dari sebelumnya, yaitu amaliah Visico Qolava yang masih di satu kawasan tersebut. Beliau ikut serta dalam amaliah tersebut dan amaliah tersebut merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau yang tidak dapat beliau gambarkan.

Beliau adalah seorang pemberani yang tidak mengenal rasa takut, ia selalu berbuat itsar (mementingkan keperluan orang lain) dan mengasihinya, dan orang sama heran bila berteman dengan beliau.

Setelah amaliah tersebut tepatnya pada tahun 1414 H. beliau pergi bergabung dengan Jam’iyah Ihya’ut Turots Al Islami Al Kuwaity dan bekerja bersama mereka di kota Turovinik dan tinggal disana selama beberapa saat, dan belaiu pun menikah di Bosnia dengan orang asli Dagestan.

Beliau sangat keras dalam menindak kemungkaran di kota tersebut hingga beliau ditakuti oleh orang-orang fasiq di daerah itu. Bahkan sampai ke kawasan Karwat di daerah Fitiza. Dan tidak ada seorangpun dari orang-orang fasiq yang berani melewati daerah yang ditempati Abu Dujanah.

Sepanjang malam dan siang ia gunakan untuk berkhidmat kepada masyarakat Bosnia, khususnya menangani orang dewasa dan anak-anak hingga orang-orang yang berada di kota tersebut sangat cinta kepada ketawadhuan beliau dan ruhiyah beliau yang mulia. Beliau mampu menguasai bahasa Bosnia dengan sangat baik, oleh karena itu beliau dapat bergabung dan pergi bersama mujahidin di Turovinika dan beliau habiskan urusannya disana dan beribath bersama mereka.

Teman-temannya menyampaikan habar kepadanya bahwa dalam waktu dekat ini mau ada amaliah, maka beliau pun bersiap-siap.

Disetiap amaliah (medan perang) beliau selalu kembali pada pertengahan jalan karena tidak dapat melanjutkan perjalanan karena beliau mengalami sakit hinga pada akhir amaliah selesai. Sehingga pada saat terjadi amaliah Falasyij yang kedua di waktu malam Arofah pada tahun 1415 H. beliau berangkat besama seoarang teman dengan berjalan kaki menuju musuh dan pada saat ini beliau tidak seperti biasanya ! beliau kelihatan tenang dan banyak menoleh kesana-kesini seakan-akan beliau melihat sesuatu.

Waktu amaliah dilakukan pada pukul 12.00 malam dan dimulailah pertempuran. beliau maju dengan membawa senjata RPG dan menghadang pasukan Serbia. Beliau bersama seorang teman yang bernama Musthofa Al Busnawy (orang Bosnia) hingga mendekat ke parit + sejarak 10 meter, dan beliau bersiap-siap menyerang Serbia, akan tetapi timah panas telah menembus leher beliau terlebih dahulu hingga beliau jatuh sebagai syuhada. Dan keluarlah dari mulut beliau seperti cahaya.

Akh Musthofa memeriksa tempat terbunuhnya beliau – untuk melrtakkan jasad beliau – lalu ia pergi dan meninggalkan beliau dikarenakan dahsyatnya serangan musuh, dan para mujahidin pun widerawl (mundur). Dan akh Mustofa hampir-hampir tak mampu berjalan karena menangisi saudaranya ” Abu Dujanah “.

Ketika para mujahidin lainnya mendengar kejadian tersebut, maka komandan pasukan memerintahkan untuk meyakinkan keberadaan tempat terbunuhnya Abu Dujanah. Lalu komandan mengutus dua orang singa Allah untuk mengambil mayat Abu Dujanah. Ternyata benar Abu Dujanah telah terbunuh, akan tetapi mayat tersebut telah diserang oleh pasukan Serbia dan mayat tersebut disimpan oleh pasukan Serbia selama lebih dari dua bulan.

Kemudian Palang Merah menghubungi tentara Bosnia yang menghabarkan akan permintaan Serbia untuk menukar mayat. Dan ternyata diantara mayat-mayat itu ada mayat seorang arab. Lalu tentara Bosnia menghabarkan kepada mujahidin – bahwa diantara mayat tersebut adalah seorang arab -, lalu pergilah komandan dan diikuti oleh beberapa mujahidin.

Komandan tersebut berkata : “ Kami pergi ke tampat penyimpanan mayat dan kami dapatkan mayat-mayat yang baru saja terbunuh kurang lebih baru satu hari. Bau mayat-mayat tersebut sangat busuk. Lalu aku masuk dan berjalan diantara mayat-mayat hingga aku dapatkan peti mayat yang tertutup. Lalu peti itu aku angkat dengan seorang teman dan kami keluarkan mayat tersebut. Ternyata mayat tersebut dibungkus dengan jaitan nilon. Tentara memberi tahu kami bahwasanya mayat-mayat ini diantaranya ada mayat seorang arab yang tidak disimpan di dalam Almari Es untuk mayat, akan tetapi dicampakkan di tanah lapang. Lalu kami dekati saudara kami itu – mayat Abu Dujanah -. Lalu aku buka sendiri penutup itu dari arah kepala. Perasaan khawatir menggelayut di kepalaku dan kepala temanku, bagaimana keadaan mayat tersebut setelah dua bulan lebih ?, apakah telah dimakan ulat ? atau telah berubah kondisinya ? atau …… atau ….. atau ….. ? lalu aku mulai membuka tutup itu, tangan dan tubuhku tiba-tiba gemetar, karena ternyata wajahnya seperti bulan dan jenggotnya berwibawa yang memancarkan cahaya putih dan tubuhnya ….ternyata dia ….. dia…. Dan tidak ada perubahan sama sekali. Aromanya seperti aroma pohon Inai. Allah menyaksikan kejadian tersebut kemudian para ikhwah dan semua yang hadir pun menyaksikan hal tersebut.

Mayatnya telah berlalu dua bulan setengah tapi tidak berubah sama sekali hingga aromanya pun tidak berubah.

Allah telah mengasihi singa itu dan memberikan kepadanya seorang putri ( bernama Nauroh ), dan memberinya kebaikan dan hidayah. Sekarang ia berumur enam tahun dan tinggal bersama ibunya di Bosnia di kota Tuzela.

Selamat tinggal wahai Abu Dujanah. Semoga Allah memperbanyak bilangan orang-orang sholih dan mujahidin sepertimu.

V. ABU HAMMAM AS SYAHRONI

Beliau seorang pemuda yang datang dari daerah madinah, lima kilo di selatan Kerajaan Arab Saudi. Beliau tumbuh diatas ketaatan kepada Allah. Sejak kecil beliau telah tekun mengikuti halaqoh hafalan Al Qur’an al Karim. Beliau sangat tenang penampilannya, rendah diri, lembut perangainya, bersih hatinya yang itu membedakan beliau dengan teman-teman lainnya.

Ketika terjadi tragedy Bosnia Herzegovia, beliau pada saat itu baru berumur dua puluh tahun. Beliau selalu mengikuti berita-berita tentang penderitaan yang dialami saudara-saudaranya – seiman -, dan beliau berkehendak mendatangi mereka dengan semampu beliau.

Pada suatu hari beliau duduk-duduk dengan seorang temannya membincangkan kesedihan mereka tentang tragedi yang terjdi di Bosnia dan keduanya ingin pergi bergabung dalam jihad di negeri itu.

Benar ….. keduanya bertekad untuk berangkat, lalu kedunya mengikuti berita-berita bagaimana caranya bisa sampai ke negeri tersebut. Sampai mendapatkan jalan menuju kesana lalu kedunya pergi ke Kroasia melalui jalan dalam. Akan tetapi Kroasia menolak keduanya dan tidak mempersilahkan mereka masuk, maka keduanya pun kembali dengan perasaan sedih dan gundah gulana, matanya berlinang air mata. Kemudian mereka mencoba kedua kalinya untuk bisa masuk ke bumi Bosnia.

Dengan izin Allah keduanya dapat masuk ke Bosnia pada akhir bulan Jumadil akhir pada tahun 1415 H.

Sampailah teman ini di kantor mujahidin dan mereka – para mujahidin – adalah orang yang berakhlak mulia dan mendalam agamanya. Kedua teman itu pergi ke sebuah Kamp latihan – muasykar – dan keduanya tadrib disana. Setelah itu keduanya pergi ke Front.

Setiap saat Abu Hammam rohimahullah bercita-cita untuk bisa mendapatkan syahadah dan beliau bersemangat menghafalkan Al Qur’an dan mengulang-ulangnya. Beliau selalu puasa dan sholat malam dan selalu ikut serta dalam ribat selama kurang lebih enam bulan lamanya sampai datanglah musim panas pada tahun 1415 H.

Pada musim itu terjadilah peperangan paling besar yang terjadi di Bosnia yang banyak menewaskan para mujahidin dan musuh-musuh Allah. Pada saat itu pula terjadi peperangan – yang berakhir – kemenangan yang gemilang. Pada saat itu Serbia menguasai puncak gunung dan menguasai strategi perang dan perlindungan mereka pada saat itu sangat kuat. – dengan begitu, hilanglah – semangat – tentara Bosnia dalam melawan Serbia, karena sebelumnya sudah pernah dicoba.

Setelah itu para komandan Bosnia berkumpul – dan bermusyawaroh – bahwa daerah itu tidak bisa ditaklukkan kecuali dengan menggunakan senjata penerbangan yang tidak dimiliki tentara Bosnia. Maka mereka meminta pasukan mujahidin untuk pergi menuju daerah tersebut dan mencoba memenangkan peperangan tersebut.

Benar ….. para singa mujahidin telah datang ke daerah – perang – itu dan tinggal disana beribat selama kurang lebih delapan bulan hingga datanglah hari peperangan.

Para mujahidin dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok pasti terjadi kisah-kisah yang menarik dan setiap kelompok pasti ada yang syahid.

Abu Hammam rohimahullah berada dalam kelompok yang dipimpin oleh Abu Sa’id Al Falestini. Amaliyat itu dilakukan setelah fajar dan pada waktu itu masih gelap sekali. Salah seorang mujahidin berkata : ” Kita tidak bisa menengarai parit yang digunakan berlindung oleh Serbia “.

Mulai pecahlah peperangan dan kami melempar mereka dengan granat maka terbunuhlah tantara Serbia. Akan tetapi parit ini memang menghalangi kita karena digunakan berlindung oleh Serbia. Pada saat itu masih ada seorang Serbia yang belum terbunuh, katika kami maju ke depan tiba-tiba orang Serbia itu menyerang dan datang dari belakang parit maka terbunuhlah Abu Ghorib Al Britoni rohimahullah, dan Serbia juga menyerang lima mujahidin lainnya. Mereka mengira komandan –mujahidin – hendak maju, akan tetapi dengan pertolongan Allah mereka merasa ketakutan dan kegoncangan hingga ia tidak dapat membunuh kelima mujahidin itu.

Dengan semampunya mujahidin pun membalas membunuh mereka hingga Allah memberikan karomah dengan dapat membunuh seorang dari Serbia. Majulah seorang ikhwah mujahidin dan mendapati seorang Serbia yang terluka sedang bersembunyi lalu dia bunuh orang Serbia itu.

Ada kisah yang menakjubkan, bahwa komandan Abu Sa’id Al Falestini menyerbu sendirian ke parit tempat Serbia, disitu ada dua orang, beliau menyerbu sambil bertakbir. Ketika beliau menyerbu kedua orang yang ada disitu, beliau berhadap-hadapan dengan keduanya. Beliau hendak menghabisi keduanya dengan Kalasinkof akan tetapi tidak ada peluru yang keluar satu pun. Kemudian singa Abu Said merobohkan orang Serbia itu dengan memukulkan Kalasinkof ke wajahnya. Dan pada saat itu juga datanglah seorang Serbia yang lain lalu menyerang Abu Said hingga melukai tangan beliau. Dan pada saat itu juga datanglah seorang mujahid dari Yaman yang menyerang orang Serbia itu dengan senjata Al Bika hingga selamatlah Abu Said dengan pertolongan Allah.

Kami maju setelah menuruni parit untuk mendaki ke puncak dua gunung diantara tiga puncak. Pada waktu itu jumlah mujahidin tinggal sedikit karena telah terbunuh dua orang dan banyak yang terluka.

Diantara mereka yang ada dalam pasukan itu harus ada seorang yang menjadi komandan, lalu kepemimpinan itu diserahkan kepada salah seorang ikhwah. Lalu turunlah ia bersama Abu Hammam rohimahullah menuju parit tempat persembunyian Serbia. Disana jumlah orang Serbia banyak sekali. Maka komandan itu dan Abu Hammam mengelilingi parit tersebut dan meluncurkan tembakan ke arah Serbia hingga kocar-kacirlah orang Serbia dari parit. Setelah itu datanglah Abu Hammam dan meminta kepada komandan untuk mengarahkan penglihatannya kepada para syuhada. Diantara mereka yang syahid adalah Abu Abdullah As Syibani, Shofiyuddien Al Yamani dan seorang yang asing – tidak dikenali -. Kemandan itu berkata : ” Jumlah kita sedikit sementara daerah ini membutuhkan penjagaan, maka kamu jangan pergi – tetaplah disini – “. Maka ia memasrahkan – urusan jaga – ini kepada Abu Hammam, dengan syarat beliau – komandan – segera kembali lagi. Kemudian komandan itu pergi meninggalkan tempat itu dan melayangkan pandangan kepada mereka lalu kembali lagi.

Ketika beliau kembali, Abu Sulaiman Al Hadhromi meminta komandan untuk melayangkan pandangannya dan kembali lagi. Maka komandan itu menolak permintaannya hingga kembalilah seorang ikhwah ke parit-parit penjagaan itu. Pada saat itu jatuhlah serangan Roket di dekat ikhwah Hatib Almani hingga mengenai perutnya. Pada waktu yang sekejap meluncurlah serangan Roket yang lain jatuh diantara Abu Hammam dan Abu Sulaiman hingga keduanya terbunuh – semoga Allah merahmati keduanya – dan diterima sebagai syuhada’ di jalan-Nya.

Abu Sulaiman adalah orang yang hafal Al Qur’an. Akhlak dan juga agamanya tidak jauh beda dengan saudaranya ” Abu Hammam ” semoga Allah merahmati keduanya.

V. ABU HISAN AL MAKI

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada kita, beliau bersabda :

أُوصِيْكُمْ بِالأَنْصَارِخَيْرًا…..فَإِنَّ النَّاسَ يَزِيْدُونَ وَاْلأَنْصَارُ لاَيَزِيْدُونَ

” Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada orang Anshor ….. karena sesungguhnya manusia itu bisa bertambah banyak dan orang-orang Anshor itu tidak bertambah – jumlahnya- “.

Beliau masih ada hubungan silsilah dengan orang-orang Anshor – semoga Allah meridhoi mereka dan saya pun ridho kepada mereka -.

Beliau adalah cucu dari orang yang memberikan perlindungan , pertolongan, kepada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, dan mereka – orang Anshor – telah membela Rosulullah dengan darah mereka, anak-anak mereka dan harta benda mereka.

Beliau bertubuh kurus, akhlaknya baik, baik dalam pergaulan, dan selalu dzikir kepada Allah.

Beliau pergi berjihad ke Afghanistan ketika berumur kurang dari dua puluh tahun, dan beliau bergabung dengan para mujahidin di Tajikistan. Beliau beribat – jaga di front - dan bersabar disana.

Setelah selesai menunaikan tugas di Tajikistan beliau tidak mau ketinggalan bahkan beliau bergerak seperti singga yang bergerak untuk menolong saudaranya di Bosnia Herzegovina. Maka sampailah beliau ke Bosnia Herzegovina dan pergi ke Gunung Tuzela. Beliau ribat disana bersama para ikhwah mujahidin.

Disela-sela beliau ribat disana beliau sempatkan untuk turun ke Masjid-Masjid desa bersama para mujahidin lainnya. Beliau mengajar membaca dan manghafal Al Qur’an kepada anak-anak, dan mengajari sholat yang sesuai dengan sunnah Nabi shollallallahu ‘alaihi wasallam dengan cara yang benar. Beliau juga mengajarkan aqidah yang benar, beliau dipilih dan disukai – oleh murid-muridnya - daripada mujahidin lainnya di dalam methodhe mengajar.

Beliau adalah seorang pemberani, tubuhnya atletik, hatinya lembut disaat dzikir, wajahya berseri-seri, ruhnya bersinar, ia selalu membantu temannya dan beliau selalu memasuki kancah peperangan. Beliau melawan dengan gagah berani dengan selalu yakin akan janji Allah.

Telah usailah jihad di Bosnia Herzegovina, beliau merasakan dadanya sesak dan sakit serta merasakan kesedihan yang mendalam – dikarenakan jihad telah usai -. Karena bagaimana jihad ini telah usai dan Allah belum memilihnya sebagai syuhada’ …….????? Maka beliau pun mencela dirinya dan menghina dirinya sendiri – mengapa dirinya tidak dipilih sebagai syuhada’ -. Lalu beliau menginstropeksi diri. Maka beliau kembali semangat lagi, beliau selalu berdo’a dengan khusu’ kepada Allah agar beliau dipilih oleh Allah di dalam kumpulan orang-orang yang menjadi syuhada’ dan dipertemukan dengan segera bersama mereka.

Benar ….. beliau telah mendengar dengan benar bahwa ada seruan jihad fie sabilillah lagi dan itu berada di bumi Atsyubiya, maka beliaupun terbang kesana dengan perasaan gembira.

Beliau menyiapkan diri untuk pergi dengan tanpa ragu. Ternyata benar ….. beliau pun akhirnya sampai juga ke sana dengan selamat dan dapat berjumpa dengan para mujahidin disana. Dan mereka disana bertemu dengan para mujahidin yang datang dari berbagai penjuru bumi lainnya.

Kondisinya lagi sulit, mereka harus berjalan dalam waktu yang lama dan panjang – dalam melakukan amaliyat -, - di tengah perjalanan mereka menentukan tempat yang baik dan nyaman untuk istirahat sejenak. Mereka berbaring diatas punggung mereka dan mengangkat kaki mereka di atas pepohonan agar darahnya turun.

Pada saat itu – datanglah – pasukan nashrani yang menyerbu mereka dengan serbuan yang dahsyat. Maka para mujahidin pun bergabung, semuanya terdiri dari mujahidin asli Atsyubi selain Abu Hisan dan seorang ikhwah arab.

Ketika Abu Hisan dan seorang teman arab sedang bergerak, pada saat itu meluncurlah tembakan dari belakang beliau dan tepat mengenai beliau. Maka gugurlah beliau sebagai syuhada insya Allah.

Para mujahidin menghubungi klompoknya hingga bergeraklah mereka.

Pada saat itu beliau bersama seorang ikhwah arab baru masuk dua hari lamanya di desa yang beliau singgahi, lalu beliau pun berjumpa dengan salah satu teman lainnya.

Desa yang berdekatan – mendengar habar kesyahidan beliau – hingga mereka berkumpul semua. Maka pulanglah mereka ke bumi Al Kamin untuk mendapatkan saudara kita Abu Hisan pada hari terbunuhnya beliau.

Jasadnya tidak berubah, baunya tidak berubah, hingga wajahnya tetap tampak berseri-seri…..

VI. ABU MARYAM AL AFGHONI

Abu Maryam Al Afghoni ………… kedua orang tuanya telah hijrah ke Almania dari Afghanistan, lalu tumbuhlah beliau di negara yang suka bermewah-mewah ……… yang penuh dengan kema’siyatan dan fitnah ………. Akan tetapi kedua orang tuanya orang yang teguh menjaga Diennya …… atas kemulian kedua orang-tuanya dan asuhan keduanya di negeri barat ini !!!

Abu Maryam rohimahullah tumbuh di dalam keluarga yang teguh dengan agamanya …….. dan beliau dibina dalam asuhan kedua orang-tuanya dengan pendidikan Islamy…..

Beliau mendengar kisah ujian yang dialami saudara-saudaranya di Afghanistan ….. padahal Afghanistan adalah negeri kelahirannya ….. dan tidaklah yang terjadi disana kecuali banyak tanda-tanda kebesaran Allah dan karomah-karomah…..

Maka Abu Maryam minta ijin kepada kedua orang-tuanya untuk berangkat ke Afghanistan ….. maka kedua orang-tuanya merestuinya setelah beliau bersikeras untuk tetap berangkat ke Afghanistan …..

Benar ….. beliau berangkat dalam rangka menolong saudara-saudaranya di Afghanistan …… beliau ribath, berjihad dan tinggal di sana dalam tempo waktu yang lama, beliau mengawali kegiatan-kegiatan jihad yang menggetarkan di sana …..

Menanglah Kabul ….. kemudian beliau pulang kepada kedua orang-tuanya di Almania ….. dan beliau melakukan birrul walidain kepada keduanya ….. dan beliau mempersunting seorang gadis Almania yang baru saja masuk Islam, akan tetapi wanita tersebut demi Allah mempunyai sejarah hidup yang baik seperti para shahabiyah rodhiyallahu ‘anhunna…..

Ketika ia sudah masuk Islam, ia bagaikan nyala api yang berkobar dalam menuntut ilmu dan berdakwah kepada Dien Islam….. dan jadilah wanita itu kenikmatan yang indah bagi Abu Maryam setelah Allah Ta’ala atas keteguhannya atas Diennya …..

Abu maryam menumbuhkan halaqoh-halaqoh (kajian) ilmiah …… dan menghafal Al Qur’an Al Karim ….. dan membuat kegiatan dakwah ….. beliau bagaikan nyala api yang dapat menerangi kaum muslimin di Almania dalam mengajarkan kebaikan dan Dien …..

Ketika sampai kepada pendengaran beliau habar yang terjadi pada saudara-saudara beliau di Bosnia Herzegofina ….. tergeraklah kemuliaan seorang muslim lagi mujahid. Lalu beliau meminta restu kepada kedua orang-tuanya untuk berjihad yang kedua kalinya….. akan tetapi kedua orang-tuanya menolak dengan keras …..

Istrinya yang asli orang Almania berusaha menenangkan perasaan kedua orang tua baliau untuk mengijinkan berangkat berjihad, dan ia menghiba kepada kedua orang-tua suaminya sampai keduanya merestui keberangkatannya …..

Benar, meledaklah kegembiraannya, lalu beliau mengajak temannya Abu Hudzaifah Al Afghoni rohimahullah untuk berangkat berjihad bersamanya ….. lalu keduanya menyiapkan koper untuk bepergian dan keduanya mengucapkan kata perpisahan pada keluarganya bahwa perpisahan ini adalah yang terakhir ….. dan keduanya melemparkan pandangannya yang terakhir kalinya kepada keluarganya …..

Keduanya telah sampai di Bosnia pada akhir tahun 1412 H. dan keduanya bergabung dengan para mujahidin di tengah-tengah kota Bosnia …..

Para mujahidin melakukan amaliah besar-besaran di front Fisiko ….. dan ini adalah front yang terjadi di jalan menuju Sarajefo ….. dan para mujahidin pun menyiapkan persiapan yang matang pada amaliah yang berat ini ….. sangat sulit kondisinya untuk mengadakan persiapan ….. dan masanya bertepatan pada musim dingin dan pada saat lebatnya turun salju sampai beberapa meter tingginya …..

Para mujahidin meminta pertolongan kepada Allah pada peperangan itu dan mereka mengadakan persiapan yang kuat dan mereka saling mengadakan Bai’atul Maut ” Sumpah Mati “…..

Strategi yang dilakukan dalam peperangan ini adalah para mujahidin maju ke barisan Serbia dan mematahkan barisan mereka serta mengepung kota Ilyas yang strategis ….. dan daerah itu letaknya jauh dari Sarajefo dalam beberapa kilo meter jaraknya untuk memudahkan mereka sampai disana setelah memenangkan perbatasan Sarajefo yang telah terkepung …..

Dimulailah peperangan itu dan bergemalah suara takbir dan tahlil ….. dan bercampurlah antara salju yang putih dengan darah yang merah …..

Para mujahidin mampu menerjang barisan Serbia dan maju ke tengah kota Ilyas….. akan tetapi Allah telah membukakan – kemenangkan – atas mereka daerah yang lebih besar dari pada yang mereka lakukan …..

Kekuatan mujahidin terpecah diantara Gunung daerah tersebut….. padahal pasukan Serbia mengenal sekali keberadaan mujahidin….. maka pasukan serbia menghilangkan pelindung yang berada di belakang mujahidin ….. dan terbunuhlah pasukan Serbia dalam jumlah yang sangat banyak ….. tiba-tiba datanglah tembakan yang mengenai leher Abu Maryam dan serpihan Bom yang membinasakan ….. maka terkaparlah Abu Maryam rohimahullah bersimbah darah ….. hingga keluarlah ruhnya kepada Penciptanya …..

Sungguh ! Allah telah mengasihi Abu Maryam ….. Dan semoga Allah melimpahkan kebaikan kepada istri dan putrinya Maryam ……. Ya Allah ! kabulkanlah ……………

0 comments:

Posting Komentar



1001 Malam (Arabian Night)

Tiada penulis yang lepas dari kematian
tetapi apa yang ditulis tangannya akan dibawa zaman,
Maka janganlah menulis apapun diatas kertas,
kecuali apa yang kau inginkan terbaca dihari kiamat....