Selasa, 30 November 2010

HAKEKAT HATI

Betapa indah dan mulianya hidup kita bila memiliki hati yang tidak
punya ruang untuk membenci dan menyakiti orang lain. 
Yang ada hanya ruang senyuman dan cinta kasih yang tidak pernah kering,
senantiasa berlimpah mengalir untuk sesama. 
Senyuman dan cinta kasih menyegarkan jiwa siapapun yang mendapatkannya.
Alangkah indahnya hidup ini bila
kita menjadi sumber mata air yang melimpahkan senyuman dan cinta kasih.

Setiap orang selalu ingin tampil cantik atau tampan.
Sesederhana apapun kita selalu berusaha tampil indah mempesona,
sedap dipandang mata. 
Namun kecantikan dan ketampanan tidaklah kekal dan abadi.
Seiring waktu tubuh kita melemah dan tidak menawan lagi. 
Hanya kecantikan batinlah yang bisa menjadi abadi. Itulah kecantikan hati.
Kecantikan Hati bisa menjadi milik siapapun.

Tidak peduli semenarik apapun dirinya dan sesederhana apapun penampilannya. 
Bila ada orang yang memiliki hati yang indah akan
memancarkan pada wajah, perilaku dan tutur katanya, banyak sekali
teman-teman yang datang untuk menghampiri dirinya, sekedar untuk
singgah dan mendapatkan kesejukan jiwa.
Semua menjadi terasa indah
dipandang karena kekuatan keindahannya ada
didalam diri yang memancar keluar.


Pancaran keindahan hati yang banyak dicari karena bersumber dari Kasih Sayang Allah.
Apabila bibir kita tersenyum, mampukah hati kita juga tersenyum?
Disaat tangan memberi, apakah hati kita dengan tulus untuk berbagi?
Jadikanlah hati kita memancarkan keindahan yang melimpahkan senyuman
dan kasih sayang bagi sesama, sebab hanya dengan melimpahnya kasih
sayang bagi sesama kita bisa menggapai kasih sayang
Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

thanks 2 Someone that has been send this message 
from BBM

Sabtu, 27 November 2010

KISAH RAHASIA DIBALIK SHALAT LIMA WAKTU


Ali bin Abi Talib r.a. berkata, "Sewaktu Rasullullah S.A.W duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, 'Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa a.s. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab.'

Lalu Rasullullah S.A.W bersabda, "Silakan bertanya." 

Berkata orang Yahudi, "Sila terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu." 

Sabda Rasullullah S.A.W , 'Shalat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Shalat Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini karena apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.'

Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah S.A.W , lalu mereka berkata, 'Memang benar apa yang kamu katakana itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan didapati oleh orang yang shalat.'

Rasullullah S.A.W bersabda, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya wap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.'

Sabda Rasullullah S.A.W lagi, 'Manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.'

Selepas itu Rasullullah S.A.W membaca ayat yang bermaksud, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.'

Sabda Rasullullah S.A.W , 'Shalat Isya` (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah SWT haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath.'

Sabda Rasullullah S.A.W seterusnya, 'Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah SWT dua kebebasan iaitu: 

1. Dibebaskan daripada api neraka. 

2. Dibebaskan dari nifaq. 

Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan daripada Rasullullah S.A.W , maka mereka berkata, 'Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (S.A.W ). Kini katakan pula kepada kami semua, kenapakah Allah SWT mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu ? 

Sabda Rasullullah S.A.W , 'Ketika Nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah SWT mewajibkan ke atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari.

Sementara diizin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah SWT kepada makhluk-Nya.' 

Kata orang Yahudi lagi, 'Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperolehi daripada berpuasa itu.' 

Sabda Rasullullah S.A.W , 'Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah SWT, dia akan diberikan oleh Allah SWT 7 perkara:

1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh daripada makanan yang haram). 

2. Rahmat Allah sentiasa dekat dengannya. 

3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal. 

4. Dijauhkan daripada merasa lapar dan dahaga. 

5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan).

6. Diberikan cahaya oleh Allah SWT pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath. 

7. Allah SWT akan memberinya kemudian di syurga.' 

Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu di antara semua para nabi.' 

Sabda Rasullullah S.A.W, "Seorang nabi menggunakan doa mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan memberi syafaat kepada umat saya di hari kiamat)." 

Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa annaka Rasulullah (kami percaya bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah).' 

Sedikit peringatan untuk kita semua: 

"Dan sesungguhnya akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Surah Al-Baqarah: ayat 155) 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Surah Al-Baqarah: ayat 286)

Jumat, 26 November 2010

DIMANAKAH ALLAH.......(LANJUTAN)

Ada sebuah pertanyaan penting yang cukup mendasar bagi setiap kaum muslimin yang telah mengakui dirinya sebagai seorang muslim. Setiap muslim selayaknya bisa memberikan jawaban dengan jelas dan tegas atas pertanyaan ini, karena bahkan seorang budak wanita yang bukan berasal dari kalangan orang terpelajar pun bisa menjawabnya. Bahkan pertanyaan ini dijadikan oleh Rasulullah sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Pertanyaan tersebut adalah “Dimana Allah?”.
Jika selama ini kita mengaku muslim, jika selama ini kita yakin bahwa Allah satu-satunya yang berhak disembah, jika selama ini kita merasa sudah beribadah kepada Allah, maka sungguh mengherankan bukan jika kita tidak memiliki pengetahuan tentang dimanakah dzat yang kita sembah dan kita ibadahi selama ini. Atau dengan kata lain, ternyata kita belum mengenal Allah dengan baik, belum benar-benar mencintai Allah dan jika demikian bisa jadi selama ini kita juga belum menyembah Allah dengan benar. Sebagaimana perkataan seorang ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin: “Seseorang tidak dapat beribadah kepada Allah secara sempurna dan dengan keyakinan yang benar sebelum mengetahui nama dan sifat Allah Ta’ala” (Muqoddimah Qowa’idul Mutsla).
Sebagian orang juga mengalami kebingungan atas pertanyaan ini. Ketika ditanya “dimanakah Allah?” ada yang menjawab ‘Allah ada dimana-mana’, ada juga yang menjawab ‘Allah ada di hati kita semua’, ada juga yang menjawab dengan marah sambil berkata ‘Jangan tanya Allah dimana, karena Allah tidak berada dimana-mana’. Semua ini, tidak ragu lagi, disebabkan kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap ilmu agama, terhadap ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah yang telah jelas secara gamblang menjelaskan jawaban atas pertanyaan ini, bak mentari di siang hari.

Allah bersemayam di atas Arsy
“Dimanakah Allah?” maka jawaban yang benar adalah Allah bersemayam di atas Arsy, dan Arsy berada di atas langit. Hal ini sebagaimana diyakini oleh Imam Asy Syafi’I, ia berkata: “Berbicara tentang sunnah yang menjadi pegangan saya, murid-murid saya, dan para ahli hadits yang saya lihat dan yang saya ambil ilmunya, seperti Sufyan, Malik, dan yang lain, adalah iqrar seraya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, serta bersaksi bahwa Allah itu diatas ‘Arsy di langit, dan dekat dengan makhluk-Nya” (Kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah, Bab 4). Demikian juga diyakini oleh para imam mazhab, yaitu Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Imam Ahmad Ibnu Hambal (Imam Hambali), tentang hal ini silakan merujuk pada kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah karya Muhammad bin Abdirrahman Al Khumais.
Keyakinan para imam tersebut tentunya bukan tanpa dalil, bahkan pernyataan bahwa Allah berada di langit didasari oleh dalil Al Qur’an, hadits, akal, fitrah dan ‘ijma.

1. Dalil Al Qur’an
Allah Ta’ala dalam Al Qur’anul Karim banyak sekali mensifati diri-Nya berada di atas Arsy yaitu di atas langit. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arsy (QS. Thaha: 5)
Ayat ini jelas dan tegas menerangkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang di langit (yaitu Allah) kalau Dia hendak menjungkir-balikkan bumi beserta kamu sekalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang” (QS. Al Mulk: 16)
Juga ayat lain yang artinya:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Rabb-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij: 4). Ayat pun ini menunjukkan ketinggian Allah.

2. Dalil hadits
Dalam hadits Mu’awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat membebaskan seorang budak wanita sebagai kafarah. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji budak wanita tersebut. Beliau bertanya: “Dimanakah Allah?”, maka ia menjawab: “ Di atas langit”, beliau bertanya lagi: “Siapa aku?”, maka ia menjawab: “Anda utusan Allah”. Lalu beliau bersabda: “Bebaskanlah ia karena ia seorang yang beriman” (HR. Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda yang artinya:
“Setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, di atas Arsy Allah menulis, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku’ ” (HR. Bukhari-Muslim)

3. Dalil akal
Syaikh Muhammad Al Utsaimin berkata: “Akal seorang muslim yang jernih akan mengakui bahwa Allah memiliki sifat sempurna dan maha suci dari segala kekurangan. Dan ‘Uluw (Maha Tinggi) adalah sifat sempurna dari Suflun (rendah). Maka jelaslah bahwa Allah pasti memiliki sifat sempurna tersebut yaitu sifat ‘Uluw (Maha Tinggi)”. (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha)

4. Dalil fitrah
Perhatikanlah orang yang berdoa, atau orang yang berada dalam ketakutan, kemana ia akan menengadahkan tangannya untuk berdoa dan memohon pertolongan? Bahkan seseorang yang tidak belajar agama pun, karena fitrohnya, akan menengadahkan tangan dan pandangan ke atas langit untuk memohon kepada Allah Ta’ala, bukan ke kiri, ke kanan, ke bawah atau yang lain.
Namun perlu digaris bawahi bahwa pemahaman yang benar adalah meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Arsy tanpa mendeskripsikan cara Allah bersemayam. Tidak boleh kita membayangkan Allah bersemayam di atas Arsy dengan duduk bersila atau dengan bersandar atau semacamnya. Karena Allah tidak serupa dengan makhluknya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah” (QS. Asy Syura: 11)
Maka kewajiban kita adalah meyakini bahwa Allah berada di atas Arsy yang berada di atas langit sesuai yang dijelaskan Qur’an dan Sunnah tanpa mendeskripsikan atau mempertanyakan kaifiyah (tata cara) –nya. Imam Malik pernah ditanya dalam majelisnya tentang bagaimana caranya Allah bersemayam? Maka beliau menjawab: “Bagaimana caranya itu tidak pernah disebutkan (dalam Qur’an dan Sunnah), sedangkan istawa (bersemayam) itu sudah jelas maknanya, menanyakan tentang bagaimananya adalah bid’ah, dan saya memandang kamu (penanya) sebagai orang yang menyimpang, kemudian memerintahkan si penanya keluar dari majelis”. (Dinukil dari terjemah Aqidah Salaf Ashabil Hadits)

Allah bersama makhluk-Nya
Allah Ta’ala berada di atas Arsy, namun Allah Ta’ala juga dekat dan bersama makhluk-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Allah bersamamu di mana pun kau berada” (QS. Al Hadid: 4)
Ayat ini tidak menunjukkan bahwa dzat Allah Ta’ala berada di segala tempat. Karena jika demikian tentu konsekuensinya Allah juga berada di tempat-tempat kotor dan najis, selain itu jika Allah berada di segala tempat artinya Allah berbilang-bilang jumlahnya. Subhanallah, Maha Suci Allah dari semua itu. Maka yang benar, Allah Ta’ala Yang Maha Esa berada di atas Arsy namun dekat bersama hambanya. Jika kita mau memahami, sesungguhnya tidak ada yang bertentangan antara dua pernyataan tersebut.
Karena kata ma’a (bersama) dalam ayat tersebut, bukanlah kebersamaan sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk, karena Allah tidak serupa dengan makhluk. Dengan kata lain, jika dikatakan Allah bersama makhluk-Nya bukan berarti Allah menempel atau berada di sebelah makhluk-Nya apalagi bersatu dengan makhluk-Nya.
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin menjelaskan hal ini: “Allah bersama makhluk-Nya dalam arti mengetahui, berkuasa, mendengar, melihat, mengatur, menguasai dan makna-makna lain yang menyatakan ke-rububiyah-an Allah sambil bersemayam di atas Arsy di atas makhluk-Nya” (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha) .
Ketika berada di dalam gua bersama Rasulullah karena dikejar kaum musyrikin, Abu Bakar radhiallahu’anhu merasa sedih sehingga Rasulullah membacakan ayat Qur’an, yang artinya:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. Taubah: 40)
Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “ ’Allah bersama kita’ yaitu dengan pertolongan-Nya, dengan bantuan-Nya dan kekuatan dari-Nya”. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku qoriib (dekat). Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu” (QS. Al Baqarah: 186)
Dalam ayat ini pun kata qoriib (dekat) tidak bisa kita bayangkan sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk. Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “Sesungguhnya Allah Maha Menjaga dan Maha Mengetahui. Mengetahui yang samar dan tersembunyi. Mengetahui mata yang berkhianat dan hati yang ketakutan. Dan Allah juga dekat dengan hamba-Nya yang berdoa, sehingga Allah berfirman ‘Aku mengabulkan doa orang yang berdoa jika berdoa kepada-Ku’ ”. Kemudian dijelaskan pula: “Doa ada 2 macam, doa ibadah dan doa masalah. Dan kedekatan Allah ada 2 macam, dekatnya Allah dengan ilmu-Nya terhadap seluruh makhluk-Nya, dan dekatnya Allah kepada hambaNya yang berdoa untuk mengabulkan doanya” (Tafsir As Sa’di). Jadi, dekat di sini bukan berarti menempel atau bersebelahan dengan makhluk-Nya. Hal ini sebenarnya bisa dipahami dengan mudah. Dalam bahasa Indonesia pun, tatkala kita berkata ‘Budi dan Tono sangat dekat’, bukan berarti mereka berdua selalu bersama kemanapun perginya, dan bukan berarti rumah mereka bersebelahan.
Kaum muslimin, akhirnya telah jelas bagi kita bahwa Allah Yang Maha Tinggi berada dekat dan selalu bersama hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui isi-isi hati kita. Allah tahu segala sesuatu yang samar dan tersembunyi. Allah tahu niat-niat buruk dan keburukan maksiat yang terbesit di hati. Allah bersama kita, maka masih beranikah kita berbuat bermaksiat kepada Allah dan meninggakan segala perintah-Nya?
Allah tahu hamba-hambanya yang butuh pertolongan dan pertolongan apa yang paling baik. Allah pun tahu jeritan hati kita yang yang faqir akan rahmat-Nya. Allah dekat dengan hamba-Nya yang berdoa dan mengabulkan doa-doa mereka. Maka, masih ragukah kita untuk hanya meminta pertolongan kepada Allah? Padahal Allah telah berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Kemudian, masih ragukah kita bahwa Allah Ta’ala sangat dekat dan mengabulkan doa-doa kita tanpa butuh perantara? Sehingga sebagian kita masih ada yang mencari perantara dari dukun, paranormal, para wali dan sesembahan lain selain Allah.  
Wallahul musta’an

thank 2 Yulian Purnama for this article

RISALAH PERSAHABATAN SEJATI

Seorang bijak berkata: “Jika kawanmu sanggup menyebut keburukan seseorang di hadapanmu, maka ketahuilah bahwa engkau adalah giliran berikutnya yang menjadi korban.”

Al-Yazidi mengatakan: dalam sebuah pertemuan aku melihat Khalil bin Ahmad, ia duduk di sudut ruangan yang beralaskan karpet. Khalil memberiku tempat duduk, namun aku tidak mau membuatnya susah karena terlalu sempit. Melihat keenggananku, Khalil berkata:
“Sesungguhnya lubang jarum tidak terlalu sempit bagi dua orang sahabat yang saling mencintai. Sebalikya, dunia ini tidak cukup luas bagi dua orang yang bermusuhan.”

Benar apa yang dikatakan oleh Umar bin Khaththab: “Pertemuan dengan sahabat dapat
menghilangkan duka.”

Sufyan pernah ditanya: “Apakah kebahagiaan hidup itu?”
Ia menjawab:“Berjumpa dengan sahabat.”

Yang dinyatakan oleh Sufyan adalah benar, karena menurut pepatah: “Sahabat yang tulus ibarat perhiasan di kala senang, benteng kukuh di kala susah. Jika melihatnya, hati merasa senang, jiwa menjadi tenang, dan duka pun sirna.”

Berkata Khalid bin Shafwan: “Manusia yang paling lemah adalah yang enggan bersahabat, dan lebih lemah lagi, orang yang memutuskan tali persahabatan yang pernah terjalin.”

Seorang bijak mengatakan: “Harta karun yang paling berharga adalah sahabat sejati.”

Yang lain berkata: “Sahabat yang suka membantu adalah ibarat lengan dan siku.”

Menurut al-Kindi: “Sahabat adalah seorang manusia, dia ini kamu, hanya saja dia adalah orang lain.”

Orang bijak mengatakan: “Barangsiapa enggan menjalin persahabatan, niscaya hidupnya dipenuhi permusuhan dan kehinaan. Aku bersaksi bahwa sahabat sejati adalah kekayaan yang paling berharga dan bekal yang paling istimewa, karena ia adalah sebagian dari jiwa dan penghapus duka.”

Sementara pepatah bijak lainnya menyatakan: “Seringkali seorang sahabat lebih dicintai daripada saudara kandung sendiri.”

Mu’awiyah pernah ditanya: “Apa yang paling engkau sukai?” Ia menjawab: “Seorang sahabat yang mendorongku agar mencintai rakyat.”

Ibnul-Mu’taz berkata: “Orang yang dekat terasa jauh karena permusuhan, sementara orang yang jauh terasa dekat karena cinta dan kasih sayang.”

Malik bin Dinar berkata: “Dua insan tidak akan terikat dalam jalinan ukhuwah, kecuali jika masing-masing memiliki sifat yang sama dengan sahabatnya.”

karena itu, betapa banyak orang yang berjumpa sekilas dalam perjalanan, kemudian berubah menjadi teman yang sangat dekat. Ada juga orang yang anda kenal melalui sahabat lama, kemudian ia menjadi sahabat yang lebih dekat ketimbang sahabat lama itu sendiri. Hal tersebut biasa terjadi, karena anda menemukan beberapa kesamaan perasaan, kesenangan, pemahaman, dan idea.

Kita terkadang tidak suka melihat perangai seseorang. Tetapi ketika ia pergi, dan kita telah bergaul dengan orang lain, ternyata orang itu lebih buruk perangainya. Maka saat itulah mata kita baru terbuka, dan melihat sisi-sisi baik sahabat pertama yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya.

Orang bijak mengatakan: “Adakah orang alim yang tak pernah salah, adakah pedang yang tak tumpul, adakah orang baik yang tak pernah berubah.”

Sebuah pepatah mengatakan: “Orang yang mencari sahabat dengan syarat tidak melihat kesalahannya dan tetap mencintainya, ibarat seorang musafir yang sesat; semakin jauh melangkah, semakin jauh pula dari negeri tujuan.”

Sa’id bin al-Musayyab berkata: “Tiada orang yang mulia, alim, atau hebat yang terbebas dari kekurangan. Namun yang penting adalah, sebagian kalangan manusia tidak baik jika dibeberkan kekurangannya.”

Jika seseorang mampu mengendalikan emosi dan berusaha keras agar tetap terfokus dengan sisi-sisi positif pada diri sahabatnya, selalu yakin bahwa kebaikannya jauh lebih banyak dari kekurangannya, niscaya tidak akan menzhalimi sahabat atau membuatnya marah. Jika suatu waktu ia dibayangi oleh kesan negatif karena kesalahan yang pernah dilakukan olehnya, maka ia mencoba merenungkan emosinya dan mengatakan pada dirinya:
jika ia pernah menyakitiku
dengan perlakuan buruk satu kali
maka ia pernah berbuat baik kepadaku berkali-kali
jika sang kekasih melakukan satu kesalahan
segala kebaikannya membuka lebar pintu maaf

Jangan menyakiti hati sahabat yang datang untuk minta maaf dengan penuh penyesalan atas kesalahan yang pernah ia buat. Perlakukanlah sahabatmu sebagaimana kamu suka diperlakukan jika berada dalam posisinya.

Yunus an-Nahwi berkata: “Jangan musuhi seseorang, jika kamu mengira ia tidak akan memusuhimu. Jangan ragu untuk bersahabat dengan siapa saja, sekalipun kamu kira ia tidak akan menguntungkanmu. Sesungguhnya kamu tidak pernah tahu, kapan harus waspada terhadap musuh dan kapan perlu bantuan seorang sahabat. Jika ada yang meminta maaf darimu, maka maafkanlah, sekalipun kamu mengetahuinya hanya berpura-pura, agar kamu tidak banyak menyalahkan manusia.”

Betapa indah pepatah seorang Arab Badwi yang mengatakan: “Orang yang penuh kasih sayangadalah yang mau memaafkan dan mendahulukan kepentingan saudaranya.”

Dalam keadaan inilah, Abu Darda’ menyatakan: “Menegur seorang saudara adalah lebih baik daripada harus berpisah dengannya.”

Demikian pula dengan pepatah yang mengatakan: “Teguran dapat menjaga kelangsungan hubungan baik antara sesama manusia.”

Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa pada suatu saat Abu ‘Ubaid bin Salam datang berkunjung kepada Imam Ahmad bin Hanbal, ia berkata: “Wahai Abu Abdillah (panggilan Imam Ahmad), melihat kedudukanmu, seharusnya aku mengunjungimu setiap hari.”

Imam Ahmad menjawab: “Jangan berkata separti itu. Sesungguhnya beberapa sahabatku tidak pernah bertemu kecuali hanya sekali dalam satu tahun, namun aku yakin mereka lebih tulus daripada orang-orang yang bertemu denganku setiap hari.”

Ini merupakan realiti, ketulusan cinta tidak harus terbatas pada orang-orang yang sering bertemu. Sebaliknya, kita sering bertemu dengan orang yang tidak disukai bahkan menyebalkan.

Ungkapan separti itu menunjukkan bahwa anda betul-betul mencintai sahabat. Kisah lainnya diriwayatkan oleh Muhammad bin Sulaiman. Suatu ketika Muhammad bin Sulaiman berkata kepada Ibnu Sammak: “Aku mendengar isu yang menyisihkanmu.” Ibnu Sammak menjawab: “Aku tidak peduli.” Dengan nada heran Muhammad bin Sulaiman bertanya lagi: “Kenapa demikian?” Ibnu Sammak segera menjawab: “karena jika isu itu benar, aku yakin kamu pasti memaafkannya. Namun jika tidak benar, kamu tentu menolaknya.”

Seorang Salaf menulis surat kepada sahabatnya: “Amma ba’du, jika aku punya banyak sahabat yang tulus, maka engkaulah yang menempali urutan pertama di antara mereka. Dan jika sedikit, maka engkau adalah orang yang paling tulus di antara mereka. Namun jika sahabatku itu hanya seorang, maka engkaulah orangnya.”

Umar bin Khaththab berkata: “Janganlah cinta membuatmu terbelenggu oleh beban yang berat, dan janganlah rasa bencimu membuatmu hancur lebur.”

Sementara itu ada pula yang bingung menghadapi fenomena sahabat, karena sikapnya yang saling bertentangan dan selalu berubah. Ia menggambarkan kebingungannya dalam untaian puisi:
ku lihat pada dirimu
kumpulan akhlak baik dan buruk
engkau adalah sahabat yang
persis dengan sifat yang ku sebut
dibilang dekat tapi jauh
dungu tapi cerdas
sesaat dermawan lalu bakhil
taat tapi juga maksiat
lisanku akhirnya bingung
harus menghina atau memuji
hatiku pun menilai
dirimu antara tidak tahu dan mengarti
engkau bagaikan bunglon
sehingga membuatku seakan buta
tak mengarti
apakah engkau angin semilir atau badai prahara
aku tidak menipumu
menasihati pun tidak
karena tak tahu
ku putuskan tuk tidak menilaimu

Ada juga yang kecewa karena pernah dikhianati oleh sahabatnya; ia berkata:
ketahuilah bahwa orang-orang
yang pernah kupilih sebagai sahabat
bagaikan ular pasir
yang tak segan menggigit kawan
semula mereka kuanggap baik
namun setelah berteman
aku bagaikan orang
yang tinggal di lembah kering tiada tumbuhan

“Cintailah kekasihmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi musuhmu pada suatu saat nanti. Dan bencilah musuhmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi sahabat dekatmu pada suatu saat nanti.”
 
“Virus-Virus Ukhuwah”
thank 2 Abu ‘Ashim Hisyam bin Abdul Qadir Uqdah for the article

Selasa, 23 November 2010

ARABIAN NIGHT

Setiap desiran angin
Akan slalu bercengkrama
Yang ditasbihkan pada rembulan
Yang dilantunkan dikeheningan malam
Izinkan aku tuhan
Dapatkan cendrawasihku
Nama yang terukir direntetan istana aladin
Adalah nama Yasmin putri baginda raja
Untuk kukenang dalam kisah 1001 malam,
Baghdad
Fajar saksi bisu yang berselubung dibalik sangkar emas,
Mengkilau
Inilah dongeng yang kupahat pada jantung Eiffel
Lalu kutimbun pada hati sang piramida
Aurora! Akankah mawar mekar untukku
Lalu memarfumi seluruh istana Aladin
Iringi keceriaan burung-burung merpati
Aurora! Mungkinkah mawar bisa kupetik
Lalu kutaruh pada vas,
Dalam kamarku
Hanya untuk hiasi hari-hari kelabuku
Aurora! Bisakah mawar kumiliki seutuhnya
Bersama putik, kuntum dan benang sarinya
Sebagai bias taman gersangku
Yang bergurunkan fatamorgana
Inilah kisah cintaku yang tersangkut di antara dua reranting kurma.........

Senin, 22 November 2010

NASRUDDIN HOJA DAN SEKITARNYA



DIDALAM MASJID

Nasruddin sedang berada di masjid, berdoa bersama-sama orang-orang ‘alim di deretan shaf terdepan. Tiba-tiba, salah seorang dari mereka berkata, “Kompor di rumah sudah kumatikan belum ya?”
Orang yang duduk di sebelahnya berkata, “Dengan berkata begitu, doamu batal lho. Kamu harus mulai lagi dari awal.”
“Kamu juga,” kata seorang yang duduk di sebelah orang kedua tersebut.
“Alhamdulillah,” kata Nasruddin keras-keras, “untung aku tidak bicara.”

DIGANTI OLEH ALLAH

Seorang tetangga Nasruddin kehilangan uang setelah pencuri beraksi di rumahnya. Ia pun mengeluhkan hal itu kepada Nasruddin.
“Sudahlah, Allah akan menggantinya,” kata Nasruddin menghibur.
Namun, orang itu tampaknya ragu-ragu, tidak percaya.
Nasruddin langsung membawa orang itu ke masjid dan sambil duduk di lantai, ia berkeluh kesah kepada Allah, meminta agar uang yang hilang sebanyak dua puluh keping perak itu diganti.
Karena merasa terganggu oleh suaranya, para jama’ah lalu mengumpulkan uang, kemudian diserahkan kepada orang yang kehilangan tersebut.
“Engkau mungkin sulit memahami kejadian di dunia ini. Tapi aku percaya bahwa engkau bisa memahaminya kalau bentuknya konkret seperti ini,” ujar Nasruddin kalem.

APA ARTINYA

Seorang yang sok sibuk, ingin mendapat pujian untuk berita yang dibawanya. Ia berlari menuju rumah Nasruddin.
“Nasruddin! Ada kabar baik buatmu.” kata lelaki itu tergopoh-gopoh.
“Apa itu?” sahut Nasruddin.
“Tetangga sebelah sedang membuat kue!”
“Apa artinya buatku?” timpal Nasruddin.
“Engkau akan mendapat beberapa potong.”
“Lalu, apa artinya buatmu?” sahut Nasruddin seraya meninggalkan lelaki itu.

CINCIN KESAYANGAN

Nasruddin memiliki cincin indah. Berhiaskan permata dan dibalut emas, menawan setiap orang yang melihatnya. Suatu ketika sahabatnya yang ingin bepergian jauh datang kepadanya.
Maksud hati ingin berpamitan kepadanya, namun begitu melihat cincin yang dikenankan Nasruddin, ia pun berniat memiliki.
“Wahai sahabatku Nasruddin, aku bermaksud bepergian jauh. Aku pasti merindukanmu, karena itu berikanlah cincin yang kau kenakan agar setiap kali memandang cincin itu, aku selalu terkenang dirimu,” kata sang sahabat merayu Nasruddin.Nasruddin keberatan, karena cincin itu satu-satunya barang berharga yang dimilikinya.
Agar tak mengecewakan, ia pun menjawab, “Sahabatku, sungguh aku pasti akan merindukanmu pula. Relakan cincin ini tetap aku miliki agar setiap kali menatap cincin ini, aku dapat mengenang seorang sahabatku yang berniat memilikinya namun tak kuberikan. Dengan demikian, aku akan tetap merindukanmu meski kau pergi jauh.”

thanks to M. Fauzi Nugraha for the article


Sabtu, 20 November 2010


Adakah yang luar biasa melebihi cinta dan kematian....
jika cinta tidak lagi membahagiakan
dan kematian sesuatu yang tidak menakutkan
tutuplah dunia berjumpa dengan Tuhan

Suara gemercik air pancuran, dendang merdu malaikat nyanyikan
menyambut hamba dari perjalanan
bertemu Allah harapan dari impian......

Kamis, 11 November 2010

EMOTIONAL LOVE





Siapakah yang tahu apakah kecapi cinta yang menggairahkan...?
Yang getarannya membuat langit berputar.....
Ada rahasia dibalik cadar bila anda mengetahuinya
Anda `kan tahu dibalik kiasan
Dimana realita terciptakan
Itulah cinta yang setiap sa`at mewarnai segala yang lain
Disatu arah nampak keperkasaan, diarah lain penyerahan dan kebutuhan
Dia yang datang, berkurban dengan gairah
Dan dia yang menjadi kekasih menanti dengan penuh kesabaran....

Cita dan cinta tak kan hilang dihapus masa....
Ada rahasia dibalik semua rahasia....
Bahwa Cinta yang dibasuh air mata....
Terpampang suci dan indah selamanya.......



Selasa, 09 November 2010

GOOD TO THINK ABOUT....

Lucu ya,
uang Rp 20.000,-an kelihatan begitu besar
bila dibawa ke kotak amal mesjid,
tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket
 
Lucu ya,
45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir,
tapi betapa pendeknya waktu itu
untuk pertandingan sepakbola

Lucu ya,
betapa lamanya 2 jam berada di Masjid,
tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop
 
Lucu ya,
susah merangkai kata
untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat,
tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman

Lucu ya,
betapa serunya perpanjangan waktu dipertandingan bola favorit kita,
tapi betapa bosannya bila imam
sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.

Lucu ya,
susah banget baca Al-Quran 1 juz saja,
tapi novel best-seller 100 halamanpun habis dilalap
 
Lucu ya,
orang-orang pada berebut paling
depan untuk nonton bola atau konser tapi berebut cari shaf paling
belakang bila Jum`atan agar bisa cepat keluar
 
Lucu ya,
kita perlu undangan pengajian 3-4
minggu sebelumnya agar bisa disiapkan di agenda kita,
tapi untuk acara lain jadwal kita gampang diubah seketika

Lucu ya,
susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah,
tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip
 
Lucu ya,
kita begitu percaya pada yang dikatakan koran,
tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Qur'an

Lucu ya,
semua orang inginnya masuk surga
tanpa harus beriman, berpikir,
berbicara ataupun melakukan apa-apa

Lucu ya,
kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email,
tapi bila ngirim yang berkaitan
dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali


Seseorang dapat dikatakan dia telah berfikir secara dewasa
apabila dia dapat mentertawakan dirinya sendiri.
Sudah dewasakah kita ?

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa
sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."
(QS. 33:47)

Senin, 08 November 2010

切望

ketika kau datang,
cahaya bintang begitu cemerlang
kau hilang aku begitu merindukan...
segenap jiwa pun tersadar...
cinta bukan terbunuh olehku,
namun ia telah hancur olehmu.......

私は本当にミス....する場合にも.....


1001 Malam (Arabian Night)

Tiada penulis yang lepas dari kematian
tetapi apa yang ditulis tangannya akan dibawa zaman,
Maka janganlah menulis apapun diatas kertas,
kecuali apa yang kau inginkan terbaca dihari kiamat....