Senin, 22 November 2010

NASRUDDIN HOJA DAN SEKITARNYA



DIDALAM MASJID

Nasruddin sedang berada di masjid, berdoa bersama-sama orang-orang ‘alim di deretan shaf terdepan. Tiba-tiba, salah seorang dari mereka berkata, “Kompor di rumah sudah kumatikan belum ya?”
Orang yang duduk di sebelahnya berkata, “Dengan berkata begitu, doamu batal lho. Kamu harus mulai lagi dari awal.”
“Kamu juga,” kata seorang yang duduk di sebelah orang kedua tersebut.
“Alhamdulillah,” kata Nasruddin keras-keras, “untung aku tidak bicara.”

DIGANTI OLEH ALLAH

Seorang tetangga Nasruddin kehilangan uang setelah pencuri beraksi di rumahnya. Ia pun mengeluhkan hal itu kepada Nasruddin.
“Sudahlah, Allah akan menggantinya,” kata Nasruddin menghibur.
Namun, orang itu tampaknya ragu-ragu, tidak percaya.
Nasruddin langsung membawa orang itu ke masjid dan sambil duduk di lantai, ia berkeluh kesah kepada Allah, meminta agar uang yang hilang sebanyak dua puluh keping perak itu diganti.
Karena merasa terganggu oleh suaranya, para jama’ah lalu mengumpulkan uang, kemudian diserahkan kepada orang yang kehilangan tersebut.
“Engkau mungkin sulit memahami kejadian di dunia ini. Tapi aku percaya bahwa engkau bisa memahaminya kalau bentuknya konkret seperti ini,” ujar Nasruddin kalem.

APA ARTINYA

Seorang yang sok sibuk, ingin mendapat pujian untuk berita yang dibawanya. Ia berlari menuju rumah Nasruddin.
“Nasruddin! Ada kabar baik buatmu.” kata lelaki itu tergopoh-gopoh.
“Apa itu?” sahut Nasruddin.
“Tetangga sebelah sedang membuat kue!”
“Apa artinya buatku?” timpal Nasruddin.
“Engkau akan mendapat beberapa potong.”
“Lalu, apa artinya buatmu?” sahut Nasruddin seraya meninggalkan lelaki itu.

CINCIN KESAYANGAN

Nasruddin memiliki cincin indah. Berhiaskan permata dan dibalut emas, menawan setiap orang yang melihatnya. Suatu ketika sahabatnya yang ingin bepergian jauh datang kepadanya.
Maksud hati ingin berpamitan kepadanya, namun begitu melihat cincin yang dikenankan Nasruddin, ia pun berniat memiliki.
“Wahai sahabatku Nasruddin, aku bermaksud bepergian jauh. Aku pasti merindukanmu, karena itu berikanlah cincin yang kau kenakan agar setiap kali memandang cincin itu, aku selalu terkenang dirimu,” kata sang sahabat merayu Nasruddin.Nasruddin keberatan, karena cincin itu satu-satunya barang berharga yang dimilikinya.
Agar tak mengecewakan, ia pun menjawab, “Sahabatku, sungguh aku pasti akan merindukanmu pula. Relakan cincin ini tetap aku miliki agar setiap kali menatap cincin ini, aku dapat mengenang seorang sahabatku yang berniat memilikinya namun tak kuberikan. Dengan demikian, aku akan tetap merindukanmu meski kau pergi jauh.”

thanks to M. Fauzi Nugraha for the article


0 comments:

Posting Komentar



1001 Malam (Arabian Night)

Tiada penulis yang lepas dari kematian
tetapi apa yang ditulis tangannya akan dibawa zaman,
Maka janganlah menulis apapun diatas kertas,
kecuali apa yang kau inginkan terbaca dihari kiamat....